Mampukah tanpa Asisten Rumah Tangga? *Curhat buuuuk*

dambil dari google
Sudah beberapa hari ini saya kurang nyaman dengan hasil pekerjaan Asisten Rumah Tangga (ART), entah karena dia yang sudah mulai bosan kerja, pengen gaji lebih tinggi atau merasa cape. Saya memang baru pertama kali memakai jasa ART setelah menikah dan memiliki anak. ART baru kerja sekitar 7 bulanan disini. ART didapat dari mantan ART yang dulu kerja di rumah Mamah di
Tasikmalaya. Sebetulnya dia cukup jujur dan baik, tapi kadang suka cemberut dan kurang nerimo kalau di kasih tau. Entah saya yang terlalu perfeksionis atau dia yang gak suka di tegor.

Setelah menikah dan memilikianak saya resign dari tempat saya bekerja, mengingat kebersamaan dengan anak dan suami menjadi prioritas saya. Awalnya memang saya yang minta untuk dicarikan ART pada ibu saya, karena merasa kewalahan apalagi anak saya semakin lincah bergerak kesana kemari dan membutuhkan perhatian yang lebih. Saya termasuk ibu yang ingin terjun langsung mengurusi bayi saya, dari mulai urusan memandikan, menyuapi, dan meneteki karena si bayi adalah bayi ASI. Fokus saya ingin lebih pada anak sehingga saya memerlukan bantuan ART untuk cuci baju, menyetrika, bersih-bersih rumah termasuk cuci piring, sedangkan saya lebih mengurusi anak dan suami, juga memasak dan belanja.


Saya sebetulnya bukan tipe orang yang cerewet, suruh ini itu, tapi saya tipe orang yang suka ngedumel kalau liat ketidakberesan, jadi saat ini agak makan hati. wkwk..
Udah coba diskusi dengan suami baiknya bagaimana, apakah perlu ditanyai di betah atau tidak. Setelah itu evaluasi kerja dia selama disini. Apakah ada yang kurang mengenakan untuk dia?
Mendengarkan adalah langkah untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Saya juga mencoba diskusi dengan teman yang tidak memakai jasa ART, dia sudah memilki 2 anak dan masih kecil, dan dia mampu melewati semuanya walau memang butuh perjuagan.
Saya gak mau terlalu kasih hati tapi gak mau seenaknya juga, bagaimanapun dia sama manusia memilki hak yang sama untuk hidup bahagia. Semoga si mbak mengerti setelah di ajak berdiskusi. Ada solusi yang didapat setelah saling berinstrospeksi, apakah diameng-uprade cara kerja dia dan saya menaikkan gajinya sesuaikesepakatan atau dia lebih memilih pulang kampung. Saya akan menyerahkan semuanya pada keputusan dia karena rasanya gak enak juga liat orang kerjanya ogah-ogahan dan gampang cemberut kaya gak  menikmati. Semoga saya mampu mengatasi ini semua, menerima apapun keputusannya.

Saya menerima jika memang benar-benar harus menjadi ibu rumah tangga yang mengurusi A sampai Z, tentu dengan bantuan suami juga, toh saya tidak bekerja di luar. Jadi mungkin urusan ini tidak terlalu darurat. Semanga Tamiiiiiii.....


Selesai curhatnya...
Tunggu cerita selanjutnyaaa :D


Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 comments:

Post a Comment