Perasaan kami terlalu sulit untuk dilukiskanHanya perasaan haru bercampur bahagiaDunia memang bukan tempat yang sempurna untuk kita, nakDisini kita hanya bersinggah sementaraNamun disini tempat kita berbagi kebaikan dan berjuang bersamaBiarkan langit dan bumi menjadi saksiAkan selalu kami perjuangkan amanah ini hari demi hariAgar ridho Allah senantiasa mengiringi langkahmuTersenyum dan berjuanglah, Mahira Zahidah SyariatiJadilah anak yang cerdas dalam berpikir, bertindak dan berperilakuDan Bersungguh-sungguhlah kepada AllahSeperti untaian nama yang kami berikan kepadamuWanita cerdas dan bersungguh-sungguh kepada AllahSemoga selalu menjadi do’a yang mengiringi hidupmu
Cerita tentang kelahiran memang tidak
ada habisnya. Banyak sekali pengalaman berbeda dari setiap ibu yang melahirkan,
baik melahirkan secara normal maupun SC (Operasi Caesar) walaupun memang
sebagian besar ibu menginginkan kelahiran secara alami dan normal. Saya sendiri
adalah salah satunya yang menginginkan kelahiran dengan normal. Sejak trisemester ketiga, saya sudah
membekali diri dengan berbagai pengetahuan bagaimana melahirkan secara normal,
bagaimana teknik pernafasan yang benar ketika mengejan,bagaimana ‘membujuk’
janin agar berada di posisi yang tepat dan siap dilahirkan secara normal, mulai
meningkatkan aktifitas seperti mulai berjalan-jalan di pagi hari, sering
nungging dan jongkok yang dipercaya dapat membuat kepala janin di bawah, dan
berbagai pengetahuan lainnya yang berusaha saya baca dan pelajari dari berbagai
buku serta artikel-artikel di internet.
Pemeriksaan di USG juga menunjukan
jika janin sudah diposisi yang baik yaitu kepala berada di bawah dan sudah masuk
panggul,keadaan ketuban baik dan cukup, dan sudah sangat memungkinkan untuk
melahirkan secara normal. Tidak cukup itu, saya juga memeriksakan diri ke
paraji karena dibujuk mama. Paraji adalah seseorang selain dokter atau bidan yang
memiliki kemampuan membantu orang melahirkan. Paraji biasanya membantu
melahirkan di rumah dengan cara-cara alami. Maksud memeriksakan diri ke paraji
ini untuk mengetahui apakah janin sudah betul-betul di posisi yang tepat saat itu.
Bukan tidak percaya dengan alat medis dokter yang sudah super canggih, namun
hal ini dijadikan perbandingan dan sebagai ikhtiar untuk melahirkan secara
normal.
Bulan yang dinanti tiba. Bulan
Agustus adalah bulan yang menjadi bulan perkiraan lahir sang janin. Hari
perkiraan lahir (HPL) saya waktu itu tanggal 30 Agustus 2015 . Memasuki 36 minggu
di awal Agustus, aktifitas jalan pagi dan posisi sujud ditingkatkan. Janin bisa
lahir kapan saja sebelum waktu HPL tiba. Namun janin juga bisa lahir melebihi
HPL. Keadaan hamil 9 bulan itu rasanya mudah lelah, sulit menemukan posisi
tidur yang tepat, lebih sering buang air kecil, dan harap-harap cemas menanti
kelahiran sang buah hati.
Tiba di minggu ke 40, saya belum
merasakan mulas yang merupakan salah satu tanda akan melahirkan. Hari itu hari
Senin tanggal 31 Agustus, usia kandungan mencapai 40 minggu lebih 1 hari.
Akhirnya dokter kandungan saya,dokter Deri Indirawati melakukan perangsangan
(seperti memeriksa pembukaan lahir) agar rasa mulas timbul dan saya diminta
untuk memeriksakan detak jantung janin (CTG) ke Rumah Sakit Tasik Medika
Citratama (RS TMC). Rumah Sakit yang rencananya dipakai untuk lahiran. Hasil
dari CTG menunjukan kondisi janin baik. Dokter Deri menyuruh saya untuk
menunggu reaksinya sampai beberapa hari kedepan. Bila belum ada hasilnya maka
akan dilakukan induksi pada hari Kamis atau Jumat. Sepulang kontrol dari klinik
tersebut, saya mencoba jalan sambil membeli makanan dan pulang ke rumah
menggunakan becak. Sesampainya di rumah timbul flek/ lendir darah. Perasaan
senang sekaligus deg-degan mulai terasa. Apakah saya akan lahiran dalam waktu
dekat ini? Namun saya belum merasakan mulas yang begitu hebat.
Ruang Tunggu saat CTG |
Keesokan harinya setelah shalat
ashar, timbul cairan berwarna bening kekuningan seperti menstruasi merembes
sedikit-sedikit. Awalnya saya pikir hanya keputihan. Namun semakin lama semakin
banyak dan ketika mengejan ikut keluar. Akhirnya saya memberanikan diri untuk
memeriksakan segera ke Rumah Sakit karena feeling saya ini adalah air ketuban.
Karena suami saya bekerja di Jakarta dan baru meluncur ke Tasikmalaya, saya di
antar oleh kedua orang tua sambil membawa segala keperluan lahiran yang saya
sudah siapkan jauh-jauh hari. Khawatirnya nanti memangakan tetap di observasi
dan lahiran dalam waktu dekat.
Setibanya di Rumah Sakit, saya langsung diperiksa di UGD. Bidan
mengecek pembukaan dan memeriksa apakah cairan tersebut ketuban atau bukan.
Pembukaan baru mencapai pembukaan 1 menuju 2 dan cairan tersebut memang betul
cairan ketuban. Akhirnya saya disuruh untuk tetap tinggal di RS menunggu dokter
Deri. Dokter Deri datang dan menyapa dengan wajah tetap tenang, “ Kenapa teh
pecah ketubannya gening?”. Saya dipindahkan ke ruangan lahiran ditemani Mama.
Detak jantung bayi kembali diperiksa dengan CTG. Kondisinya masih bagus namun
tidak terlalu fit bila langsung dilakukan induksi. Dokter Deri menyarankan
untuk menunggu hingga subuh. Jika pembukaan tidak bertambah,dan hasil CTG tidak
membaik maka mau tidak mau sangat disarankan untuk operasi caesar. Saat itu perasaan
saya entah bagaimana. Antara masih ingin melahirkan secara normal namun
ternyata kemungkinan itu sudah sangat tipis. Akhirnya saya berserah sepenuhnya pada
Allah, jika memang ini jalan terbaik. Hanya berdo’a agar saya sehat dan bayi
yang dilahirkan juga sehat dan selamat. Tidur saya benar-benar tidak nyenyak.
Sebelum subuh, suami saya sudah tiba
di RS TMC. Seketika hati saya tenang melihat suami saya tersenyum dan
memberikan support. Pemeriksaan CTG
dilakukan lagi dan ternyata kondisi detak jantung janin malah menurun
kondisinya. Pembukaanpun tidak bertambah karena saya tidak merasakan mulas yang
bertambah juga. Bidan mengabarkan hasil observasi pemeriksaan pada dokter Deri.
Saat itu, dokter Deri sangat menyarankan untuk melahirkan secara caesar karena
sangat berisiko untuk induksi. Suami saya saat itupun masih menginginkan saya lahiran
secara normal,karena selama kehamilan benar-benar tidak ada keluhan serius dan
kondisi kontrol terakhir pun masih baik-baik saja. Suami saya langsung
menelepon dokter deri dan menanyakan dengan detail kenapa harus caesar.
Akhirnya setelah dipikirkan dengan matang dan meminta restu kedua orang tua
saya maupun kedua orang tua suami, kami menyetujui bahwa kelahiran anak pertama
kami akan dilakukan dengan cara operasi caesar. Saya sudah berpasrah dari
kemarin malam kepada Allah. Yang ada di dalam pikiran saya saat itu adalah
bagaimana caranya agar hati tetap tenang seraya terus berdzikir memohon
kelancaran proses persalinan anak pertama kami.
Detik-detik Menunggu Proses SC |
Jadwal operasi akan dilakukan pukul
06.00 WIB hari Rabu tanggal 2 September 2015 . Saya pun
dipindahkanke ruang operasi. Tampak sekeliling lorong Rumah Sakit dan
segelintir orang melihat ke arah saya. Mungkin mereka berpikir saya sakit apa
sampai harus di operasi. Keluarga dilarang untuk menunggui diruang operasi.
Saat itu suami mengantar sampai ruangan luar kamar operasi. Entahkenapa saat
itu saya sedih. Menangis. Dan ingin meminta maaf pada mama. Walaupun melahirkan
dengan cara operasi, ini juga sebuah perjuangan hidup dan mati. Suami terus
menenangkan dan meyakinkan kalau saya kuat dan saya bisa. Dia juga mengingatkan
agar saya terus berdo’a ketika operasi.
Tak lama kemudian,saya masuk ruangan
operasi dengan sudah berganti pakaian terlebih dahulu. Ruang operasi begitu
dingin, begitu banyak lampu. Dokter anestesi sudah datang untuk membius. Saya
pun dibius dengan bius lokal/spinal yang disuntikan ke tulang belakang. Rasanya
lumayan ngilu juga. Seketika kaki saya terasa hangat sekali sampai akhirnya tidak
bisa digerakan sama sekali. Perutpun ketika diraba hanya terasa kesemutan. Bius
sudah berjalan. Dokter Deri, dokter anak,dokter bedah pun sudah berdatangan.
Para perawat stand by menyiapkan
segala keperluan dokter. Proses pembedahan dimulai,mungkin saat itu perut saya
sedang di robek. Tak lama dokter mengeluarkan bayi dalam kandungan dan ia
langsung menangis. Alhamdulillah , puji syukur kepadaMu. Bayi saya segera di
adzani oleh suami yang sudah stand by
di dekat ruang operasi. Saya sendiri sempat melihatnya sekilas ketika di ruang
operasi. Proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak bisa dilakukan karena perut saya
harus dijait kembali dan ruangan operasi begitu dingin hingga hidung saya agak
tersumbat. Tak lama kemudian, proses operasi selesai. Kaki saya masih belum
bisa digerakan dan badan terasa sangat menggigil hingga memakai dua selimut
tebal. Saya segera dipindahkan ke ruang perawatan dan disambut haru oleh
keluarga yang sudah berdatangan. Ada suami, kedua orang tua, uwak dan tante,
serta sepupu yang mengikuti ke ruang perawatan.
Saat itu saya menangis lagi karena
bahagia sekaligus merasa haru. Hari itu belum diperbolehkan bergerak selama 12
jam. Hanya boleh sedikit-sedikit miring ke kiri dan ke kanan. Keesokan harinya
baru diperbolehkan untuk duduk dan belajar berjalan ke WC. Ketika bius habis,
rasa ngilu lumayan terasa namun segera digantikan obat pereda rasa nyeri pada
infus dan ada cairan yang disuntikan juga pada dubur. Makan pun harus yang
lembek-lembek terlebih dahulu. Minum sedikit-sedikit terlebih dahulu agar
perut tidak kembung.
Mahira Baru Lahir |
Rasa lelah ketika
hamil dan ngilu sesudah operasi terbayar sudah dengan kehadiran putri kami yang
lahir dengan sehat sempurna. Bayi kami masih ada di ruang perawatan bayi untuk
di observasi saat itu dan akhirnya pukul 10.00 WIB, ia dibawa ke ruang
perawatan saya. Takjub dan bahagia melihat bayi kecil kami begitu putih bersih
dan menyejukan hati serta pandangan kami. Nikmat Tuhan mana lagi yang bisa
kudustakan? Segala puji bagiMu Ya Allah.
Kini saatnya kami bersiap membuka
lembaran baru sebagai orang tua. Allah sudah menitipkan amanah ini dan harus
kami jaga sebaik mungkin. Semoga kami mampu untuk merawat, mengasuh dan
mendidiknya dengan baik sesuai dengan ajaranMu.
Jadikan ia wanita yang sholehah, taat kepadaMu dan RasulMu, berbakti
kepada kami kedua orang tuanya, menyayangi keluarganya, diluaskan ilmu dan
rezekinya, diberikan pasangan yang sholeh dan anak-anak yang sholeh sholehah
kelak, panjang umur serta selalu sehat lahir dan bathinnya. Aamiin…
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
Bu mau tanya untuk biaya CTG di rs tmc berapa ya ?
ReplyDelete