Toilet Training: Menumbuhkan Fitrah Kebersihan Anak

Setiap anak dikaruniai fitrah mencintai kebersihan sejak lahir. Oleh karena itu, keahlian dalam menggunakan toilet untuk membersihkan diri merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap anak. Melalui Toilet Training (TT), orang tua dapat membantu anak dalam memiliki keahlian tersebut sehingga anak mahir dalam menggunakan toilet sekaligus mampu memahami dan mempraktikan adab di dalam toilet sesuai yang Rasulullah contohkan.


Apa itu Toilet Training?

Toilet Training adalah proses dimana anak belajar untuk Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) di  toilet layaknya orang dewasa sehingga anak tidak membuang urin dan tinjanya di celana atau diapernya lagi. Proses TT ini terkadang memakan waktu singkat atau bahkan sangat lama tergantung kesiapan orang tua dan anak serta lingkungan yang mendukung. Oleh karena itu, sebelum melakukan TT ini ada baiknya orang tua memahami beberapa hal penting yang harus disiapkan sehingga menjalani proses TT dengan bahagia bersama anak.


Kapan Memulai Toilet Training?

Tidak ada patokan usia yang pasti tentang kapan memulai TT. Para ahli pun masih banyak yang berdebat dengan pertanyaan ini. Akan tetapi, biasanya anak-anak sudah bisa memulai TT dari usia 1,5 - 2,5 tahun. Jika proses berjalan dengan baik, anak-anak sudah mampu menggunakan toilet pada usia 3-4 tahun. Semakin tepat waktu memulai dan semakin baik kesiapan orang tua dan anak, proses TT akan lebih mudah dilakukan.


Tentang Kesiapan Fisik dan Mental 

Saya mencoba menerapkan TT saat usia Mahira mencapai 2 tahun dengan alasan dia sudah cukup bisa berkomunikasi dan mengerti apa yang Saya bicarakan padanya. Selain itu ia juga sudah menunjukkan tanda kesiapan fisik dengan merasa tidak nyaman dengan diapernya. Dengan sedikit modal membaca artikel tentang TT disana-sini, Saya memberanikan diri untuk memulai TT tanpa melatih kesiapan mental Saya dan Mahira terlebih dahulu.

Tahukah apa yang terjadi?

Di satu minggu pertama melatihnya , emosi Saya sering tidak terkontrol karena merasa Mahira masih sering mengompol padahal sudah diberitahu jika ingin BAK atau BAB harus mengatakannya terlebih dahulu. Bisa ditebak proses TT yang kami jalani saat itu terasa sangat tidak menyenangkan, baik bagi Saya maupun Mahira.  Saya merasa kelelahan sendiri karena terus menerus mengelap urin yang membasahi lantai, sedangkan Mahira mengompolnya malah semakin menjadi.

Kami pun merehatkan diri dari proses TT ini sejenak sambil mencari informasi tentang pengalaman ibu-ibu lain yang melakukan TT pada anaknya. Ada yang menyarankan memakai training pants agar urin dan tinjanya tidak langsung mengotori lantai. Akan tetapi, satu hal yang paling Saya ingat dari berbagai saran yang saya dapat adalah TT hanya bisa dilakulan jika orang tua dan anak sudah sama-sama siap mentalnya, bukan hanya siap fisiknya.

Orang tua perlu stok kesabaran yang lebih banyak pun harus mudah mengapresiasi anak agar anak merasa didukung penuh dalam menjalani TT. Pastikan kondisi Anda juga fit sepanjang prosesnya. Lantas kesiapan apa saja yang perlu anak miliki saat akan memulai TT? 

  1. Kesiapan Fisik

  • Anak memperlihatkan ekspresi saat menahan BAK atau BAB

  • Popok kering saat bangun tidur atau setelah dua jam pemakaian

  • Tidak BAB di popok saat malam hari

  • BAB terjadi pada waktu yang sama tiap harinya atau pada waktu yang tidak bisa diprediksi

  • Anak mampu melepas dan memakai pakaian serta mampu berkomunikasi dengan Anda tentang pemakaian toilet

  1. Kesiapan Mental

  • Anak akan memberitahu Anda ketika popoknya kotor dan meminta untuk diganti dengan yang baru

  • Dia lebih memilih memakai celana dalam ketimbang popok

  • Menunjukkan ketertarikannya ketika Anda memakai kamar mandi

  • Memberitahu Anda ketika dia ingin buang air

  • Bersemangat mengikuti semua proses toilet training


Adab di Toilet

Adab sebelum ilmu dan ilmu sebelum amal. Hal itulah yang bisa Anda terapkan juga pada proses TT ini. Tanamkan adab saat di kamar mandi terlebih dahulu saat anak akan memulai TT , lalu pahamkan anak dengan ilmu atau hikmah kenapa ia harus melakukan TT. Dengan begitu, anak semakin bersemangat untuk tahu bagaimana prosesnya.

Berikut ini adalah adab yang bisa kita ajarkan pada anak sebelum memulai TT.

  • Masuk ke toilet dengan kaki kiri dan berdoa sebelum masuk kamar mandi

  • Menutup diri dari pandangan manusia

  • Tidak bicara yang tidak perlu di kamar mandi

  • Beristinja’ atau membersihkan najis dengan tangan kiri

  • Hemat menggunakan air

  • Jangan berdoa, membaca Al Qur’an atau menyebut nama Allah di kamar mandi

  • Keluar kamar mandi dengan kaki kanan dan berdoa setelah keluar kamar mandi


Tahapan Toilet Training

1. Persiapkan Alat Tempur

Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum melakukan TT yaitu:

  • Potty Training 

Perkenalkan potty training pada anak dan jelaskan fungsinya seperti apa. Dudukan anak dan biarkan ia mencoba sendiri.


  • Training Pants

Training pants bisa dijadikan pilihan ketika hendak memulai proses TT. Kelebihan training pants adalah bisa menahan urin sehingga tidak langsung membasahi lantai tetapi anak masih bisa merasakan sensasi basah di celananya. Namun ada juga yang berpendapat bahwa anak akan lebih cepat terlatih jika tanpa training pants. Pilihan terbaik tentu kembali pada pilihan orang tua masing-masing.


  • Kain Pel

Siapkan beberapa kain pel untuk membersihkan kotoran yang berceceran di lantai sehingga kita bisa cepat membersihkannya. Pada tahap awal, anak akan lebih sering mengompol karena sedang berproses dari “tidak tahu” menjadi “tahu”. Setelah “tahu”, frekuensi mengompol akan semakin berkurang. 


2. Berkomunikasi dengan Anak

 Sebelum memulai TT, baiknya Anda berkomunikasi terlebih dahulu pada anak bahwa Anda akan melakukan TT bersama. Biarkan anak memahami terlebih dahulu apa itu Toilet Training dan kenapa ia harus melakukannya. Rutinlah untuk memberinya sugesti bahwa menjaga kebersihan dengan BAK dan BAB di toilet itu merupakan hal yang baik dan sangat disenangi Allah dan Rasul-Nya. Pastikan dia tahu dengan memiliki keahlian membersihkan diri di toilet, tubuhnya akan bersih, wangi dan terbebas dari kuman penyakit sehingga ia semakin memahami akan fitrahnya yang mencintai kebersihan. 

Saya biasanya menyampaikan hal ini lewat dongeng sebelum tidur atau saat membacakan buku untuk Mahira. Anak akan lebih mudah memahami jika kita contohkan lewat dongeng atau cerita yang menarik.

Menguatkan mindset seperti ini adalah modal yang kuat bagi kelangsungan proses TT agar ketika anak bosan atau orang tua menyerah akan tersugesti dan terkuatkan lagi dengan tujuan mulia dari proses TT ini.


3. Briefing dan Roleplaying

Jelaskan tahapan menggunakan toilet secara berurutan. Pastikan ia telah diberitahu tentang adab di toilet, seperti melangkahkan kaki kiri terlebih dahulu dan berdoa sebelum masuk toilet.

Lakukan briefing dan roleplaying agar anak memiliki gambaran seperti apa proses TT akan dilakukan.

Contohnya,

“ Mahira, hari ini kita mulai Toilet Training ya. Kalau Mahira mau pipis atau pup bilang dulu ke Mamah. Nanti Mahira lepas celananya dan masuk ke toilet. Nah, Mahira duduk di potty ya. Habis itu Mahira boleh pipis atau pup. Coba sekarang pakai selangnya untuk bersihin bekas pipis atau pupnya. Habis itu jangan lupa tekan tombol flush yang disini ya. Begini caranya. Setelah bersih, Mahira cuci tangan pakai sabun dan lap pakai handuk ya. Nah setelah kering, pakai celananya lagi deh.”

Lakukan hal tersebut dan biarkan anak mencoba mempraktikannya sendiri.


4. Telaten dan Tetap Sabar

Dalam menjalani proses TT adakalanya Anda merasa jenuh dan bosan apalagi ketika si kecil masih saja BAK atau BAB di celana. Singkirkan perasaan tersebut dan mulailah berpikir positif. Ingat kembali kenapa Anda melakukan proses TT saat ini. Kemahiran anak menggunakan toilet kelak menjadi hadiah yang membahagiakan, namun Anda tetap perlu berbahagia pula dalam prosesnya.


5. Berikan Apresiasi

Jangan pelit memberi apresiasi pada anak sekecil apapun perkembangannya. Jika anak diberi apresiasi, ia akan semakin paham bahwa ia didukung untuk melalui fase yang agak sulit baginya sehingga semangat dan kepercayaan dirinya tumbuh seiring kemampuannya bertoilet training berkembang.

Di usia 2,5 tahun ini, Mahira terbilang cukup senang dipuji dan sering pamer jika dia berhasil melakukan sesuatu. Saya manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk memupuk rasa percaya dirinya melakukan TT.


6. Konsisten

Founder Enlighten Parenting, Okina Fitriani menyebutkan hanya ada 4 kunci ketika menjadi proses TT yakni:

  1. Jangan malas

  2. Sabar

  3. Jangan malas 

  4. Sabar

Dengan demikian, konsistensi dalam proses TT ini amat diperlukan. Proses TT yang sebentar-sebentar ditunda lalu dilanjutkan lagi malah membuat prosesnya menjadi semakin lama dan anak akan lupa polanya. Dengan konsistensi yang baik, anak akan terbiasa dengan polanya sehingga dengan latihan dan pengulangan anak semakin berproses dari,

1. TIDAK TAHU menjadi TAHU

2. TAHU menjadi MAMPU

3. MAMPU menjadi MAHIR


7. Berikan Reward

Untuk mempermudah proses TT, sebagian orang tua memberi reward untuk menyemangati anak. Begitupun dengan Saya dan Mahira saat melakukan TT. Mahira sangat antusias saat saya beri sticker setiap dia berhasil BAK atau BAB di toilet, terlebih sticker tersebut bisa ia tempel sendiri di tabel reward.

Dengan motivasi seperti ini, anak akan bangga pada dirinya dan berusaha untuk melakukan hal yang sama. Lama kelamaan kebiasaan anak untuk menggunakan toilet akan terlatih dan anak merasakan sendiri manfaatnya  seperti, ia tidak perlu lagi memakai diaper berbahan panas serta merasa tubuhnya lebih bersih dan nyaman karena sudah berhasil BAK dan BAB di toilet.



Toilet Training merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan anak. Apapun rintangan yang dihadapai saat proses TT, tetaplah bersabar dan optimis dan terus mencoba melakukannya dengan baik karena ini merupakan fase berharga bagi anak.

Jangan malas untuk mendampingi anak dalam fase ini. Jangan pernah pula membandingkan prosesnya dengan anak lain karena setiap anak berbeda dan tumbuh dengan keunikannya tersendiri. Percayalah pada kemampuan anak sehingga rasa percaya dirinya tumbuh dan kemampuannya meningkat. 

Ingat, ini adalah ikhtiar Anda sebagai orang tua untuk membantu anak melewati fase tumbuh kembangnya sekaligus menguatkan fitrah keimanannya dengan mencintai kebersihan. Tetap telaten dan isi stok kesabaran dengan menguatkan ruhiyah, menjaga kesehatan dan melakukan hal-hal positif yang kita sukai.

Enjoy the process and you will get a surprise! 


Sumber:

https://www.alodokter.com/anak-anda-sudah-siap-diberikan-toilet-training

https://okinafitriani.com/2009/11/15/toilet-training/

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 comments:

Post a Comment