Berat Sebelah


Setelah memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga 4 tahun yang lalu pasca menikah, saya merasa sudah agak menjiwai peran ini meski yaa tidak pernah ada yang sempurna, bukan?

Saya pun mencoba untuk tetap menambah wawasan, memperbaharui ilmu yang kebanyakan by online, bahkan menjadi konsultan produk edukasi alias marketernya beberapa penerbit buku anak. Alhamdulillah ada hasilnya dan bisa dinikmati meski belum seberapa. Saya menikmatinya sekali.

Sementara saya juga terus membersamai anak di rumah, bermain, membacakan buku, dan mengobrol hal apapun dengannya. Saya sudah cukup paham karakternya meski masih terus meraba-raba.

Quality time dengan bapak suami juga alhamdulillah lancar-lancar saja meski terkadang ada konflik kecil tapi semuanya bisa diselesaikan.

Urusan domestik pun berjalan seperti biasa, masih bisa beres-beres rumah, mencuci piring, dan memasak. Untuk setrika, kami masih menggunakan jasa PRT harian. Jadi sangat terbantu.

Lantas apa yang membuat saya merasa tergelitik saat ini ketika membaca sebuah tulisan seseorang yang meninggalkan usaha onlinenya demi anak-anak di rumah?

Memang hati tak bisa berbohong, akhir-akhir saya lebih sering pegang gadget karena urusan jualan, komunitas dan beberapa pelatihan. Jujur, saya merasa njilmet dan terkadang waktu berkualitas dengan keluarga berkurang meski raga berada di dekat mereka.

Rasa-rasanya ada hal yang mengganjal di hati dan harus segera diperbaiki. Manajemen waktu. Hal itu yang masih sulit dikelola dan sepertinya saya belum bisa menentukan skala prioritas.

Kemudian saya pun tersadar, banyak aktivitas ruhiyah yang terlewatkan, meski jualan juga bernilai ibadah. Padahal dahulu cita-cita saya setelah menjadi IRT, saya ingin meningkatkan kualitas ibadah dan lebih dekat padaNya.

Bukan hal kebetulan tulisan itu saya baca dan membuat saya berpikir sedalam ini. Ataukah karena saya tipe orang yang agak mudah dipengarui sehingga hal seperti ini menjadi pertimbangan?

Entahlah, hanya hati ini yang tahu. Meski kata orang 'keluarlah dari zona nyaman', namun jika zona it 'menyelamatkanmu', apakah kamu akan tetap keluar?

Zona nyaman saya berada di rumah, membersamai keluarga, menumbuhkan kecintaan pada Allah bersama-sama. Kiranya tak perlu hati ini merasa bimbang harus bagaimana.

Siti Rahmi

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 comments:

Post a Comment